Emiten minyak dan gas milik Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) memiliki target yang cukup kencang pada 2017 seiring penguatan harga minyak mentah dunia.
Direktur & Chief Operating Officer Medco Energi Ronald Gunawan, menjelaskan pada tahun depan, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$150 juta-US$180 juta. Anggaran itu belum termasuk pendanaan setelah akuisisi blok Natuna.
"Tahun ini, kami telah membayar utang US$253 juta dengan belanja modal US$100 juta-US$145 juta. Per September telah menggunakan US$87 juta. Tahun depan akan membayar utang US$60 juta," katanya dalam paparan publik, Rabu (14/12/2016).
Tahun depan, perseroan akan menerbitkan penawaran umum berkelanjutan II tahap IV senilai Rp1,5 triliun. Sampai saat ini, Medco telah merilis emisi obligasi dalam tiga tahap senilai Rp3,5 triliun dari total target PUB II sebesar Rp5 triliun.
Manajemen emiten bersandi saham MEDC tersebut mengakui bisnis inti perseroan di sektor migas akan tetap menjadi tumpuan pada 2017. Harga minyak mentah dunia yang mulai rebound dinilai terjadi lantaran adanya kesepakatan negara anggota OPEC untuk memangkas produksi.
Manajemen Medco menargetkan untuk menjadi pemimpin perusahaan migas berbiaya rendah pada tahun depan. Meski harga minyak rebound, dia tetap mempertahankan cost produksi di level US$10 per barrel.
"Sehingga, harga minyak mau US$30 per barrel, US$40 per barrel, atau US$50 per barrel, kami masih tetap profitable," ucapnya.
Perseroan pun memasang target konservatif pada 2017. Produksi minyak dan gas perseroan ditargetkan stagnan di angka 85.000 barrel ekuivalen minyak per hari (thousand barrels of oil equivalent per day/MBOEPD). Padahal, Medco baru saja merampungkan akuisisi 40% partisipasi di South Natuna Sea Block B PSC.
Tahun ini, Medco membidik produksi 58-61 MBOEPD tidak termasuk dari hasil akuisisi. Hingga kuartal III/2016, produksi Medco mencapai 63,9 MBOEPD, melonjak 21,1% dari periode yang sama tahun lalu 52,7 MBOEPD.
Kendati demikian, akuisisi Blok Natuna itu diproyeksi menambah anggaran belanja modal perseroan tahun depan. Perseroan menganggarkan belanja modal US$150 juta-US$180 juta, naik 24,13% dari tahun ini US$100 juta-US$145 juta. Manajemen telah menyerap capex US$87 juta hingga 30 September 2016.
Utang jatuh tempo tahun ini tercatat US$253 juta juta dengan dilunasi US$129 juta dan refinancing US$124 juta. Tahun depan, perseroan juga berencana membayar pinjaman senilai US$60 juta. Sedangkan, capex 2018 direncanakan US$100 juta-US$150 juta dengan utang yang harus dibayar sebesar US$70 juta. (sumber)
Perumahan Islami | Bisnis Bakrie | Bisnis Kalla | Rancang Ulang | Bisnis Khairul Tanjung | Chow Kit | Pengusaha | Ayo Buka Toko | Wisata | Medco
Direktur & Chief Operating Officer Medco Energi Ronald Gunawan, menjelaskan pada tahun depan, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$150 juta-US$180 juta. Anggaran itu belum termasuk pendanaan setelah akuisisi blok Natuna.
"Tahun ini, kami telah membayar utang US$253 juta dengan belanja modal US$100 juta-US$145 juta. Per September telah menggunakan US$87 juta. Tahun depan akan membayar utang US$60 juta," katanya dalam paparan publik, Rabu (14/12/2016).
Tahun depan, perseroan akan menerbitkan penawaran umum berkelanjutan II tahap IV senilai Rp1,5 triliun. Sampai saat ini, Medco telah merilis emisi obligasi dalam tiga tahap senilai Rp3,5 triliun dari total target PUB II sebesar Rp5 triliun.
Manajemen emiten bersandi saham MEDC tersebut mengakui bisnis inti perseroan di sektor migas akan tetap menjadi tumpuan pada 2017. Harga minyak mentah dunia yang mulai rebound dinilai terjadi lantaran adanya kesepakatan negara anggota OPEC untuk memangkas produksi.
Manajemen Medco menargetkan untuk menjadi pemimpin perusahaan migas berbiaya rendah pada tahun depan. Meski harga minyak rebound, dia tetap mempertahankan cost produksi di level US$10 per barrel.
"Sehingga, harga minyak mau US$30 per barrel, US$40 per barrel, atau US$50 per barrel, kami masih tetap profitable," ucapnya.
Perseroan pun memasang target konservatif pada 2017. Produksi minyak dan gas perseroan ditargetkan stagnan di angka 85.000 barrel ekuivalen minyak per hari (thousand barrels of oil equivalent per day/MBOEPD). Padahal, Medco baru saja merampungkan akuisisi 40% partisipasi di South Natuna Sea Block B PSC.
Tahun ini, Medco membidik produksi 58-61 MBOEPD tidak termasuk dari hasil akuisisi. Hingga kuartal III/2016, produksi Medco mencapai 63,9 MBOEPD, melonjak 21,1% dari periode yang sama tahun lalu 52,7 MBOEPD.
Kendati demikian, akuisisi Blok Natuna itu diproyeksi menambah anggaran belanja modal perseroan tahun depan. Perseroan menganggarkan belanja modal US$150 juta-US$180 juta, naik 24,13% dari tahun ini US$100 juta-US$145 juta. Manajemen telah menyerap capex US$87 juta hingga 30 September 2016.
Utang jatuh tempo tahun ini tercatat US$253 juta juta dengan dilunasi US$129 juta dan refinancing US$124 juta. Tahun depan, perseroan juga berencana membayar pinjaman senilai US$60 juta. Sedangkan, capex 2018 direncanakan US$100 juta-US$150 juta dengan utang yang harus dibayar sebesar US$70 juta. (sumber)
Perumahan Islami | Bisnis Bakrie | Bisnis Kalla | Rancang Ulang | Bisnis Khairul Tanjung | Chow Kit | Pengusaha | Ayo Buka Toko | Wisata | Medco